Berbicara tentang childfree, sebenarnya sudah ada sejak dahulu dengan istilah filosofisnya antinatalisme, yaitu paham yang dianut seseorang atau kelompok yang berpikir bahwa kelahiran memiliki konotasi negatif. Nah akhir-akhir ini, istilah childfree semakin dikenal oleh khalayak masyarakat sejak statement salah satu influencer yang mengatakan bahwa hidup tanpa anak merupakan anti-aging alami, karena pasangan suami istri bisa tidur selama delapan jam sehari, tidak mendengar teriakan anak-anak, dan jika kerutan mulai muncul maka bisa melakukan botox wajah dengan uang yang dimiliki.
Hm, apakah benar opini tersebut? Melalui artikel ini, mari kita menganalisis penyebab mengapa beberapa orang memutuskan childfree.
Mengapa Seseorang Memutuskan Childfree?
Banyak studi yang membuktikan bahwa kebahagiaan dalam hidup mampu meningkatkan kesehatan tubuh. Artinya, orang yang bahagia akan terlihat lebih muda daripada mereka yang tidak. Nah sekarang, apa itu bahagia? Martin Seligman mendefinisikan kebahagiaan sebagai kondisi saat manusia dipenuhi dengan energi positif karena kepuasaan dan kesejahteraan dalam hidup. Sederhananya, bahagia adalah suatu kondisi saat manusia merasa damai, tenteram, puas, dan cukup menikmati skenario hidup yang sedang dijalani.
Manusia berhak mendefinisikan kebahagiaan dengan versinya masing-masing. Bagi mayoritas pasangan, kehadiran anak adalah berkah kehidupan. Mereka bekerja keras mencari penghidupan, mengurangi jatah tidur, atau bahkan sampai mengorbankan beberapa impian demi memprioritaskan sang buah hati. Apakah mereka tidak bahagia? Mereka bahagia, memiliki kepuasaan tersendiri karena hati menikmati.
Bagi beberapa pasangan, childfree itu membahagiakan karena bisa fokus mengejar karir dan menghabiskan waktu hanya berdua saja. Apakah mereka kesepian? Belum tentu, barangkali mereka memiliki cara sendiri untuk menghibur diri sehingga rasa bahagia bisa tumbuh di hati.
Keputusan memiliki anak atau sebaliknya tidak dapat menjadi faktor tunggal penentu kebahagiaan seseorang. Rumus bahagia adalah merasa puas dengan kehidupan yang dimiliki. Saat diri sendiri mampu menjalani segala sesuatu dengan lapang tanpa paksaan dan berhasil menikmati segala macam bentuk peran, maka kebahagiaan akan datang. Ketika kebahagiaan sudah ada, maka kesehatan fisik akan turut serta meningkat.
Jadi, apakah kamu sudah menikmati hidupmu? Apakah kamu sudah cukup enjoy menjalani setiap jengkal langkah di setiap hari?
Ada beberapa faktor yang dapat memicu seseorang untuk memutuskan childfree, yaitu:
- Latar Belakang Keluarga, pengalaman yang manusia dapatkan sejak kecil di lingkungan keluarga pasti terekam di dalam otak, peristiwa suka ataupun duka yang terjadi secara tidak langsung membentuk pola pikir baru bagi kehidupan di masa mendatang. Individu yang tidak ingin memiliki anak bisa jadi karena memiliki pengalaman buruk saat melalui proses tumbuh kembang di dalam keluarga. Selain itu, seseorang juga bisa memutuskan childfree karena latar belakang keluarga yang memang mendukung childfree.
- Isu Lingkungan, ada anggapan lain yang menyatakan bahwa kelahiran anak akan semakin menambah kepadatan populasi dan memperbanyak konsumsi energi bumi. Akhirnya, mereka memutuskan childfree dan lebih memilih untuk mengadopsi anak.
- Masalah Keuangan, memiliki anak berarti siap menanggung seluruh biaya kehidupan anak dari sejak berada di kandungan sampai minimal sudah memiliki pekerjaan. Ada beberapa pasangan di sekitar kita yang menganggap kondisi keuangan mereka hanya cukup untuk membiayai kebutuhan dua personal saja. Oleh karena itu, lagi-lagi childfree menjadi pilihan aman.
- Masalah Kesehatan, ada kalanya hati ingin memiliki buah hati tetapi fisik tidak mendukung, entah karena penyakit tertentu ataupun kelainan pada sistem reproduksi. Masalah kesehatan ini sama-sama bisa terjadi di kedua belah pihak, laki-laki, perempuan, atau mungkin saja keduanya. Daripada menanggung risiko parah bagi kesehatan tubuh, mau tak mau pasangan yang mengalami ini harus menyimpan keinginan melanjutkan keturunan.
- Alasan Personal, ada pula seseorang yang tidak memiliki alasan-alasan khusus ketika memutuskan childfree. Mereka hanya merasa aman-aman saja hidup tanpa buah hati.
Terlepas dari segala faktor penyebab seseorang memilih childfree, ahli psikologi keluarga, Dr. Budi Andayani, M.A., Psikolog, berpendapat bahwa keberagamaan turut serta menjadi salah satu faktor, keberagamaan manusia menentukan keyakinannya bahwa jodoh, lahir, mati, dan rizki itu Allah yang menentukan.
Mari Saling Menghargai
Hidup memang penuh perbedaan, salah satunya berkenaan dengan pilihan. Latar belakang berbeda yang dialami oleh setiap manusia mengakibatkan pola berpikir yang beraneka rupa, dan dari bekal itulah manusia memutuskan sesuatu untuk hidupnya. Seseorang yang memilih childfree sebaiknya tidak menyuarakan opini yang bisa menggiring kerusuhan massa, karena begitu banyak pasangan yang sedang menanti kehadiran buah hati. Sebab bagi mereka, anak adalah sumber kebahagiaan. Begitu pula sebaliknya, kelompok anti childfree mencoba berbaik hati memahami dan memaklumi kelompok pro childfree.
Manusia bebas berpendapat. Sampaikanlah pendapatmu dengan bijak, sehingga tidak banyak melukai hati manusia di bumi ini.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati
Tulisan ditinjau oleh Dr. Budi Andayani, M.A., Psikolog
Photo by Anastasiya Gepp on Pexels