Sebagai makhluk sosial, tidak mungkin rasanya jika manusia senantiasa mengerjakan semua pekerjaan sendiri. Pada situasi tertentu, kerja sama antara beberapa orang sangat diperlukan agar semakin mudah mencapai tujuan yang diinginkan. Banyak tangan meringankan pekerjaan, begitulah kalimat masyhur yang menggambarkan efektivitas kerja kelompok.
Tetapi, bukan berarti kerja kelompok tidak memiliki sisi negatif. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah ketidakmaksimalan salah satu anggota atau bahkan lebih dalam upaya menyelesaikan tugas. Di psikologi, fenomena seperti ini disebut social loafing, yaitu suatu kondisi ketika seseorang memberikan usaha minimum dalam kerja kelompok.
Sekarang, mari mengamati realita yang sering terjadi di dinamika kelompok. Teman-teman pasti pernah menemukan sosok individu yang susah diajak kerja sama. Ketika dihubungi, dia mengutarakan banyak alasan. Akhirnya, ia hanya memberikan kontribusi kecil atau bahkan tidak menyumbang ide sama sekali. Hmm, tampak tidak adil ya, padahal anggota kelompok lainnya mengeluarkan usaha sekuat tenaga agar pekerjaan tetap selesai.
Berikut adalah faktor penyebab mengapa seseorang bisa melakukan social loafing.
- Ukuran kelompok. Semakin besar jumlah anggota kelompok, semakin besar kemungkinan anggota lain untuk bersembunyi dari pengerjaan tugas, berpikir bahwa tugas dapat diselesaikan dengan baik tanpa kontribusi dari mereka.
- Pengetahuan tentang tugas yang diberikan. Social loafing cenderung berkurang ketika seseorang dapat memahami dengan baik tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Pengetahuan yang minim terkait tugas berpotensi menyebabkan seseorang tidak memberikan effort lebih pada tugas.
- Faktor kebudayaan. Orang dengan kebudayaan Timur memiliki kecenderungan bekerja secara kolektif daripada orang dengan kebudayaan Barat. Budaya Barat yang individualis dapat menjadi faktor seseorang melakukan social loafing, mereka lebih menyukai mengerjakan tugas individu.
- Jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung melakukan social loafing dibandingkan dengan perempuan, hal ini karena laki-laki menggunakan komunikasi untuk menunjukkan dominasi, sementara perempuan menggunakan komunikasi untuk membangun hubungan.
- The sucker effect. Maksud dari sucker effect adalah suatu kondisi saat satu atau lebih dari anggota kelompok mengalami penurunan kinerja dan mengakibatkan anggota lain ikut terpengaruh.
Meskipun social loafing adalah kondisi umum yang seringkali terjadi, namun harus ada kiat-kiat tertentu untuk menanggulanginya.
- Secara terbuka membandingkan kinerja antar tim. Cara ini dapat dilakukan oleh seseorang yang bertanggung jawab mengamati progres semua tim. Perbandingan ini tentunya tidak bermaksud untuk memecah belah hubungan kerja sama antara tim yang satu dengan tim lainnya, melainkan agar masing-masing tim dapat berlomba-lomba memberikan kinerja terbaik. Contoh: dari dua kelompok yang membahas kasus sama, dosen mengatakan hanya ada satu kelompok saja yang akan mendapatkan nilai A. Hal ini tentu akan memacu semangat kedua kelompok tersebut untuk mengerjakan tugas sebaik mungkin.
- Menciptakan atmosfer saling ketergantungan dalam tim. Setelah tim terbentuk, langkah selanjutnya adalah pembagian tugas oleh ketua tim. Pembagian tugas diharapkan dapat membuat seseorang merasa dibutuhkan dalam kelompok dan menimbulkan rasa ketergantungan antar anggota. Seluruh anggota tim sadar bahwa tugas tidak akan selesai jika mereka tidak mengerjakan bagian yang telah diamanahkan oleh ketua tim.
- Komunikasi yang terbuka. Ketua tim yang telah ditunjuk bertanggung jawab menciptakan komunikasi terbuka di dalam kelompok. Sebisa mungkin ketua tim memastikan bahwa setiap anggota yang berada di bawah kepemimpinannya telah memahami tugasnya masing-masing. Jika ketua tim melihat kepasifan salah satu anggota, ketua tim dapat membangun komunikasi privat dua arah tanpa melibatkan anggota lainnya.
Nah, begitulah ulasan singkat tentang social loafing. Semoga, pengetahuan baru tentang faktor penyebab social loafing sekaligus kiat menanggulanginya bisa memberikan pengetahuan baru tentang team work sehingga tujuan kelompok dapat tercapai maksimal.
Penulis : Relung Fajar Sukmawati
Photo by Fox Pexels