Pernahkah di antara kita ada yang terkadang merasa lebih mudah lelah tak cuma secara fisik tapi juga mental? Nah, ini sebenarnya ada kaitannya dengan bagaimana kita mengefisienkan energi/ cognitive resources yang kita punya dalam menjalankan peran kita dalam kehidupan sehari-hari. Efisiensi cognitive resource mengacu pada cara kita mengelola dan mengoptimalkan resource kita untuk mencapai tujuan hidup dengan lebih efektif.
kesehatanmental
Siapa, sih, yang tidak mengenal istilah depresi? Sebuah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan. Perasaan ini bisa berlangsung lama, memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Depresi bukan sekedar “merasa sedih” atau “bad mood”, melainkan suatu kondisi yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, hubungan sosial, dan kesehatan fisik.
Contoh, nih, ada seorang mahasiswa akhir yang awalnya sangat bersemangat mengerjakan tugas akhir thesis namun berubah menjadi kehilangan motivasi, hal itu terjadi karena ia mengalami revisi dari dosen pembimbing dan mendapatkan hambatan dalam pengumpulan data. Seiring berjalannya waktu, ia semakin sulit berkonsentrasi, mengalami masalah tidur dan kelelahan kronis, menghindari pertemuan sosial, dan menjauhi teman dan keluarga. Akibatnya, ia tidak dapat menyelesaikan revisi tesis sesuai jadwal, berisiko melewati batas masa studi.
Kira-kira, bagaimana, ya, ketika orang-orang terdekat atau mungkin diri kita sendiri memiliki kecenderungan mengalami depresi? Nah, sebelum menjawab pertanyaan ini. Yuk, kita telusuri terlebih dahulu bagaimana depresi bisa terjadi.
Kita sering berbicara tentang oversharing dan hilangnya personal space di media sosial. Namun, apa perbedaan antara sharing dengan oversharing? Penelitian tentang pengungkapan diri (sharing) menunjukkan bahwa kita lebih menyukai satu sama lain ketika kita berbagi, tetapi di sisi lain, pengungkapan diri yang dianggap tidak pantas secara sosial akan mengurangi rasa suka. Namun, bagaimana batasan hal yang kita bagikan di media sosial dapat memengaruhi cara pandang orang lain? Berikut ini merupakan beberapa saran yang didukung oleh penelitian tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya kita bagikan di media sosial.
Isu kesehatan mental menjadi hal yang semakin banyak dibahas dan diperhatikan akhir-akhir ini. Masyarakat tampaknya mulai menyadari pentingnya kesehatan mental dalam lingkup kehidupan. Hal tersebut diiringi dengan penggunaan media sosial yang semakin meningkat, yang mana pada masa sekarang ini, penyebaran informasi menjadi lebih cepat melalui sosial media. Informasi apapun dari sumber manapun dapat diakses oleh semua orang. Tidak jarang, hal tersebut berujung pada maraknya fenomena self-diagnose sebagai salah satu akibat dari romantisasi gangguan mental.