“Dua minggu full kerja. Lelah, benar-benar lelah. Aku kurang istirahat!”
“Aku bosan dengan pekerjaanku. Lelah rasanya!”
“Kapan ya aku bisa istirahat? Tenagaku habis karena terforsir untuk bekerja.”
“Aku merasa hidupku hanya untuk bekerja. Sungguh, aku ingin merefresh pikiran ini agar bisa kembali fokus!”
Kalimat-kalimat di atas pasti pernah diucapkan oleh rekan kerja kita atau bahkan kita sendiri yang mengatakannya. Kondisi saat seseorang merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional dengan pekerjaannya sehingga berakibat pada penurunan produktivitas kerja bisa disebut burnout. Burnout pertama kali dikenalkan oleh seorang psikolog bernama Herbert Freudenberger pada tahun 1974 melalui sebuah artikel yang ditulis olehnya.