• Tentang UGM
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • LPPM UGM
Universitas Gadjah Mada UNIVERSITAS GADJAH MADA
KANAL PENGETAHUAN PSIKOLOGI
  • Beranda
  • Artikel Psikologi
  • 3 Minute Thesis
  • Podcast
  • Tokoh Psikologi
  • Beranda
  • psychology
  • psychology
Arsip:

psychology

How to Deal with Insecurities?

Artikel Psikologi Tuesday, 17 October 2023

“Kayaknya aku gak layak deh!”

“Kok aku gak kayak yang lain ya?”

Hayo! Siapa yang sering kayak gitu? Nah, perilaku tersebut sering kita jumpai di berbagai kalangan seperti remaja sampai dewasa. Wajar jika kita mengalami kesulitan dan tidak melakukan apapun secara sempurna dalam kehidupan sehari-hari sehingga menimbulkan perilaku membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini disebut dengan insecure. Perasaan insecure adalah sebuah perasaan ragu, tidak percaya diri, dan cemas yang dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan. Bagaimana tidak? Orang yang insecure akan membandingkan dirinya dengan pencapaian orang lain sehingga menganggap bahwa dirinya tidak layak dan tidak mampu.

Insecure sendiri disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti ragu pada diri sendiri sehingga dapat menurunkan harga diri. Tak hanya itu, insecure juga disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Selain itu, insecure berhubungan dengan self-esteem pada seorang inividu. Self-esteem merupakan perasaan subjektif tentang diri sendiri terhadap nilai-nilai yang ada pada dirinya. Self-esteem juga berkaitan dengan bagaimana cara kita dalam menghargai serta menyukai diri sendiri tanpa menghiraukan kondisi yang sedang dialami.

Riset menunjukkan bahwa 40% dari perasaan bahagia datang dari pengalaman-pengalaman yang kita alami. Namun, ketika pengalaman itu buruk, maka akan mengakibatkan perasaan-perasaan negatif yang menjadi salah satu penyebab insecure. Akibatnya, semakin seseorang merasa insecure maka semakin tinggi potensi dirinya merasakan stres, insecure juga berdampak pada kesehatan mental seseorang karena selalu merasa tidak cukup sehingga berpengaruh terhadap perasaan cemas dan cemburu. Selain itu, merasa insecure terhadap diri sendiri sepanjang waktu akan berdampak buruk pada setiap aspek kehidupan kita seperti kesehatan fisik dan kesejahteraan emosional sehingga mengganggu kinerja kita dalam aktivitas sehari-hari.

Sejatinya, sekecil apapun masalah yang kita hadapi adalah valid serta tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Oleh karena itu, banyak cara untuk mengatasi rasa insecure yang dialami oleh seseorang, diantaranya adalah:

Tumbuhkan self-awareness pada diri

Self-awareness menjadi sebuah hal yang bisa ditanamkan bahwa yang mengetahui kemampuan dan limitasi hanyalah diri sendiri. Dalam konsep Kawruh Jiwa dari Ki Ageng Suryamentaram, self-awareness bisa dikaitkan dengan konsep Kandha Takon Jawah Kawruh , yaitu konsep terkait pemahaman diri sendiri terhadap permasalahannya sehingga seseorang dapat menerima keadaan yang sedang dialaminya dengan sepenuh hati, dan akhirnya akan berpikir secara realistis. 

Bangga terhadap kelebihan yang dimiliki

Fokus pada kelebihan diri sendiri menjadi sebuah kunci agar menimimalisir perilaku komparasi sosial. Dengan menyadari bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing akan membantu kita untuk menjadi lebih percaya diri. Jika kita sadar akan kelebihan yang dimiliki, pastinya kita akan berusaha untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang kita miliki sehingga menjadi sebuah kebanggan bagi diri sendiri. Selain itu, dalam Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryamentaram ada konsep yang dinamakan keinginan (karep).

Singkatnya, semakin kita menuruti keinginan untuk mencapai sesuatu hal yang harus sama dengan orang lain, tetapi kita tidak bisa mencapainya. Maka hal tersebut akan membuat kita menjadi cemas karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Namun, jika kita berpikir secara realistis dan sesuai kondisi. Maka hal-hal yang bersifat koparasi sosial tidak akan membuat kita cemas. 

Tingkatkan spiritualitas

Bersyukur atas segala yang diberikan oleh Tuhan kepada kita merupakan hal yang sangat penting dalam aspek kehidupan. Apapun yang terjadi, kita akan meyakini bahwa hal tersebut datang dari Tuhan dan pastinya memiliki makna tertentu yang perlu kita sadari dan gali. Oleh karena itu, muncullah perilaku intropeksi diri yang berfungsi untuk memperbaiki diri sendiri sehingga kita akan fokus untuk mengoptimalkan kualitas diri dan kapasitas yang dimiliki. Selain itu, ketika kita rajin beribadah maka secara tidak langsung kita akan mendapat dukungan sosial dari komunitas agama kita sendiri. 

Minta bantuan profesional

Jika dirasa perasaan insecure sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, tidak ada salahnya untuk pergi ke psikolog atau psikiater. Stigma yang masih tabu di masyarakat terkait ahli psikologis bukanlah sebuah ukuran bahwa kita memiliki gangguan jiwa. Tetapi, hal ini menjadi pertanda bahwa kita sudah sadar akan kesehatan mental dan memilih untuk meminta bantuan ahli sehingga kita bisa diperlakukan secara tepat. Selain itu, diagnosis yang diberikan oleh tenaga ahli akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang kita alami.

Itulah beberapa cara untuk mengatasi rasa insecure. Tidak menuntut kemungkinan bahwa masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan insecure. Oleh karena itu, manusia pastinya akan dihadapkan dengan ketidakyakinan, ketidaknyamanan, dan we have to deal with it dan make a boundary. Menjadi diri sendiri adalah sebuah hal yang istimewa karena setiap individu itu berbeda selagi tidak menyalahi aturan agama dan pemerintah.

Oleh karena itu, manusia pastinya akan dihadapkan dengan ketidakyakinan, ketidaknyamanan, dan we have to deal with it dan make a boundary. Menjadi diri sendiri adalah sebuah hal yang istimewa karena setiap individu itu berbeda selagi tidak menyalahi aturan agama dan pemerintah.

 

Penulis : Asep Amrillah

Photo by Pixabay on Pexels

Quarter Life Crisis: Selangkah Menuju Dewasa

Artikel Psikologi Friday, 16 June 2023

Pada hakikatnya, setiap manusia akan mengalami tahapan-tahapan perkembangan, dimulai dari masa di dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Setiap perkembangan memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri. Salah satu masa yang dianggap penting dan menjadi perhatian oleh banyak kalangan adalah masa transisi dari remaja menuju dewasa, dimana pada saat ini seseorang mulai hidup terpisah dari orang tua, mencoba untuk mandiri, menentukan arah hidup, dan mengembangkan nilai-nilai yang sebelumnya telah terinternalisasi. 

Masa ketika seseorang mengekplorasi diri dan lingkungan dikenal dengan istilah emerging adulthood. Jika seseorang merasa mampu melewati masa ini maka ia cenderung akan menganggapnya sebagai tantangan baru dalam hidup. Sebaliknya, jika seseorang tidak baik dalam menghadapinya maka ia bisa mengalami suatu krisis emosional yang disebut Quarter Life Crisis (QLC). QLC adalah periode dalam kehidupan dewasa yang terasa lebih sulit, stres, dan tidak stabil dari biasanya, merupakan titik balik dalam hidup karena perubahan yang terjadi selama itu, berlangsung selama satu tahun atau lebih, namun ada kemungkinan lebih pendek atau lebih lama. 

Robbins dan Wilner menemukan bahwa QLC sering terjadi pada individu antara usia 18 – 29 tahun dan paling umum di kalangan lulusan perguruan tinggi. Konsekuensi dari QLC adalah dapat memperlambat proses pengambilan keputusan-keputusan penting dalam hidup sehingga mengakibatkan kurangnya tindakan karena adanya keragu-raguan. Tanda lain seseorang terindikasi mengalami QLS adalah merasa cemas, panik, dilema, sulit berkonsentrasi, nafsu makan menurun, menarik diri dari kehidupan sosial, serta gelisah dalam memikirkan kelanjutan pendidikan, karir di masa mendatang, maupun membangun relasi dengan lawan jenis.

Quarter life crisis memiliki empat tahapan, yaitu: 

  1. Merasa terjebak dalam sebuah kondisi. Seseorang mulai mempertanyakan lagi segala aktivitas yang kini telah dijalani. Apakah yang aku lakukan ini memberikan garansi bagi masa depanku? Apakah lingkaran pertemananku sudah cukup positif untuk mendukung kesuksesanku? Jika aku terus seperti ini, bagaimana masa depanku nanti? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan, ada kalanya seseorang menyadari bahwa ia sedang terjebak di lingkungan yang tidak produktif dan menjauhkannya dari kesuksesan. 
  2. Harapan bahwa akan muncul perubahan dalam hidup. Kesadaran diri membuat seseorang berpikir untuk melakukan perubahan hidup. Pada tahap ini, seseorang memberanikan diri untuk berpisah dari zona nyaman. Beberapa ada yang memilih untuk merantau ke kota lain, meninggalkan kelompok pertemanan tertentu, memutuskan kekasih hati, dan berbagai macam perpisahan lainnya demi merancang kehidupan yang lebih baik. 
  3. Membangun hidup yang baru. Pada tahap ini, seseorang akan mulai merencanakan kehidupan barunya dengan mempertimbangkan kelebihan, kekurangan, serta potensi yang dimiliki. Ia jeli melihat peluang dan mencoba banyak kesempatan. 
  4. Mengukuhkan komitmen aspirasi, motivasi, dan tujuan. Setelah menemukan lingkaran kehidupan baru, seseorang berusaha keras mengukuhkan komitmen dan motivasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. 

Selanjutnya, apa sih yang harus kita lakukan saat terjebak di situasi quarter life crisis. Berikut tips dan triknya.

  1. Jangan membandingkan pencapaianmu dengan pencapaian orang lain. Percayalah, rumput tetangga tidak lebih hijau dari yang kita kira. Nikmatilah setiap proses yang saat ini tengah kita jalani.
  2. Cerita ke teman dekat atau psikolog. Ketika kita masih merasa bingung dengan rencana masa depan, tidak salah kok untuk berbagi cerita ke teman dekat atau bahkan mungkin ke psikolog. Siapa tahu, berbagi dengan mereka akan semakin membuka wawasan pikiran kita. 
  3. Mengikuti berbagai pelatihan. Saat memasuki realita dunia kerja, kita membutuhkan softskill baru dan terus mengasah softskill lama yang telah kita miliki. Yuk perbanyak investasi ke diri sendiri dengan mengikuti berbagai pelatihan. 
  4. Perbanyak koneksi. Selain meningkatkan kualitas diri, koneksi ternyata juga perlu, apalagi koneksi ke profesi-profesi lain. Konektivitas akan semakin mempermudah kita untuk merealisasikan impian yang kita inginkan. 
  5. Rencanakan masa depan. Ada kalanya kita jangan hanya menjalani hidup ini mengalir sebagaimana mestinya, kita perlu merencanakan masa depan agar mengetahui apa saja hal-hal yang dapat kita lakukan. 
  6. Jangan mudah putus asa. Menapaki tangga kesuksesan tidak mungkin jika tanpa halangan dan rintangan. Ketika kita menemukan berpuluh-puluh kesulitan, jangan mudah putus asa! Tetaplah berdiri tegak menyelesaikannya satu per satu. Kesuksesan hanya untuk mereka yang tidak pernah berhenti berjuang. 

Nah, seperti itulah pembahasan singkat tentang quarter life crisis. Keep fighting and see you on top gais!

 

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

Photo by Liza Summer on Pexels

Universitas Gadjah Mada

Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora Bulaksumur
Yogyakarta 55281 Indonesia
fpsi[at]ugm.ac.id
+62 (274) 550435 ext 158
+62 (274) 550435

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY