Memiliki hidup yang sukses dan bahagia adalah impian bagi semua orang. Ekonomi yang stabil, keluarga yang harmonis, hobi tetap bisa dilakukan, pekerjaan terasa bermakna, dan diri sendiri dapat merasakan ketenangan sekaligus gairah dalam menjalani hidup. Di samping itu, era digitalisasi membawa teknologi dan internet yang kian maju pesat. Salah satu inovasi hasil dari kemajuan tersebut adalah media sosial.
Saat ini, media sosial menjadi suatu hal yang seakan wajib dimiliki semua manusia. Hambatan karena perbedaan waktu dan lokasi telah teratasi dengan adanya media sosial. Bukan hanya itu, media sosial membuat kita bisa mendapatkan ekstra hormon kebahagiaan dopamin dengan cepat dan praktis hanya dengan menggerakkan jari di ponsel pintar. Tingkat aksesibilitasnya yang tinggi membuat kita dapat terhubung dengan mudah pada orang-orang yang berada di tempat yang jauh dari kita.
Namun, layaknya dua mata pisau, media sosial dapat mendekatkan yang jauh, tetapi juga menjauhkan yang dekat. Media sosial juga dapat membuat seseorang menjadi kecanduan dan mengabaikan orang-orang terdekatnya. Disamping itu, globalisasi dan digitalisasi membuat dunia perusahaan berputar cepat dan penuh persaingan. Kondisi tersebut membuat para pekerja terpaksa bekerja secara terus-menerus demi mengejar tujuan ataupun target. Hal ini diperparah dengan kehadiran media sosial yang digunakan tanpa adanya kontrol. Dua faktor tersebut dapat menyebabkan pekerja mengalami burn out, penurunan performa, masalah dalam kehidupan sosial, bahkan kesehatan fisik yang terganggu. Kabar baiknya, hal tersebut dapat diatasi melalui prinsip hidup yang sehat dan seimbang atau disebut juga dengan work life balance.
Apa itu Work Life Balance?
Menurut kamus American Psychological Association, work life balance adalah tingkat keterlibatan seseorang untuk berbagi peran dalam kehidupannya, terutama peran yang berkaitan dengan pekerjaan dan keluarga. Lebih lanjut, disebutkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat keseimbangan hidup yang baik maka tingkat kepuasan dan kualitas hidupnya tinggi. Adapun, terdapat beberapa hal yang bisa mengganggu keseimbangan kehidupan, salah satunya adalah hambatan terkait pekerjaan. Dalam hal ini, keseimbangan kehidupan-kerja atau work life balance adalah sejauh mana keterlibatan pekerja untuk menyeimbangkan perannya dalam kehidupan kerja dengan kehidupan non-kerja. Lebih jelasnya, work life balance adalah proporsi yang seimbang antara waktu, emosi, dan sikap terhadap tuntutan pekerjaan dan kehidupan seseorang di luar pekerjaannya, misal kehidupannya dalam keluarga, sosial, spiritual, hobi, kesehatan, rekreasi, dan pengembangan diri.
Bagaimana Dampak Work Life Balance terhadap Kehidupan Pekerja?
Apabila prinsip work life balance dijalankan seorang pekerja dan didukung oleh lingkungan sekitarnya, terutama oleh keluarga dan tempat kerja maka kepuasaan hidup dapat tercapai. Bukan hanya itu, prinsip ini juga memberikan dampak positif berupa meningkatnya tingkat kepuasaan seseorang terhadap pekerjaanya, menurunnya tingkat stress, menurunnya konflik pekerjaan dan keluarga, serta berkurangnya pergantian pekerja yang mana hal tersebut akan menghemat biaya perekrutan perusahaan.
Gabungan antara tercapainya pemenuhan tugas terkait peran seorang individu dan kenikmatan dalam melakukan peran tersebut menghasilkan keadaan emosi yang positif. Bukan hanya itu, pekerja yang puas dengan kehidupannya akan memiliki daya motivasi tinggi, berkontribusi lebih baik terhadap pengembangan perusahaan, dan memiliki hubungan dengan rekan kerja yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan prinsip work life balance, bukan berarti performa pekerja atau perusahaan menjadi tidak maksimal.
Sebaliknya, prinsip ini justru akan menjamin tingkat kesejahteraan pekerja sekaligus menguntungkan perusahaan karena memiliki sumber daya manusia yang memadai. Adapun, faktor tempat kerja dan keluarga menjadi faktor utama yang memengaruhi tingkat keberhasilan work life balance seseorang. Faktor yang memengaruhi keseimbangan kerja-kehidupan adalah durasi yang dihabiskan di tempat kerja, tuntutan tugas di tempat kerja, juga harapan dan tuntutan dari keluarga.
Lalu, Bagaimana Cara untuk Menciptakan dan Menjaga Work Life Balance?
Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan perlu bekerja sama dalam membuat regulasi bagi para pekerjanya agar tercipta budaya kerja yang sehat. Untuk itu, diperlukan upaya demi meningkatkan kualitas kehidupan kerja seperti adanya mekanisme gaji yang jelas dan adil, program kesejahteraan, jadwal kerja yang fleksibel, hubungan baik sesama rekan kerja, dan adanya kesempatan bagi pekerja untuk berkembang. Kualitas kehidupan kerja yang baik perlu mencakup berbagai aspek, mulai dari aspek fisik, mental, sosial, dan ekonomi.
Dampak positif kualitas kehidupan kerja yang terlaksana mengarahkan pada kepuasan dan tingkat performa kerja yang baik. Sebaliknya, dampak buruk kualitas kehidupan kerja yang tidak terlaksana akan menambah tingkat stres pekerja yang pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup pekerja di rumah bersama keluarga . Singkatnya, kualitas kehidupan kerja yang baik memengaruhi keberhasilan work life balance pekerja. Selain itu, pekerja juga perlu memiliki manajemen waktu yang baik agar pekerjaan tidak menumpuk dan dapat membedakan waktu antara waktu bekerja dengan waktu istirahat.
Penulis : Sinta Damayanti
Photo by Ivan Samkov on Pexels