Kita seringkali mencari cinta dari orang lain sebelum mencarinya dalam diri sendiri. Namun, banyak yang mulai mengalihkan fokus tersebut ke dalam diri sendiri saat merenungkan makna dan tujuan self-love. Meskipun bukan istilah baru, konsep self-love semakin popular dalam beberapa tahun terakhir. Banyak yang mulai menyadari hubungan antara self-love dan kesehatan mental. Lebih jauh lagi, banyak orang merasakan keadaan di mana mereka membutuhkan cinta dari diri sendiri sebesar cinta yang dibutuhkan dari orang lain. Seringkali, kritik terhadap konsep self-love muncul. Namun, kritik ini didasarkan pada kesalahpahaman. Untuk membantu memperjelas, mari kita perjelas apa yang bukan termasuk self-love namun sering disalahpahami sebagai self-love.
- Entitlement. Ketika seseorang memiliki sense of entitlement, mereka mungkin percaya bahwa orang lain memiliki utang budi kepada mereka, terlepas dari upaya, prestasi, atau konteks yang sedang dialami. Hal ini tidak boleh disamakan dengan self-worth atau pengakuan bahwa diri sendiri berharga. Sesuai dengan sudut pandang tentang kerendahan hati dan kelayakan, kita terkadang merasa sulit untuk menyatakan bahwa kita layak untuk mencintai diri sendiri. Jika ini masalahnya, mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan kebutuhan dasar manusia. Seseorang dapat berargumen bahwa kasih sayang, perhatian, dan penerimaan adalah hal yang mendasar seperti minuman, makanan, atau tempat tinggal. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa self-worth dan kebutuhan akan self-love secara keseluruhan bukanlah hal yang konyol untuk dicari. Self-love bukanlah tentang kelayakan untuk mendapatkan uang banyak, kendaraan mewah, atau rumah mewah. Self-love juga bukan suatu tahapan dalam kehidupan yang terlalu ambisius. Self-love bukan sesuatu yang elit atau eksklusif, tapi merupakan aspek inti dari kemanusiaan.
- Selfishness atau egoisme. Berfokus pada self-love bukan berarti harus berpikir obsesif. Meskipun self-love adalah proses reflektif di mana seseorang mengalihkan energi mereka ke dalam diri, manfaatnya tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Pada kenyataannya, untuk mencintai orang lain secara baik, seseorang harus terlebih dahulu mencintai diri mereka sendiri. Sebagai contoh, sebelum pesawat terbang lepas landas, pramugari meyakinkan para penumpang bahwa jika terjadi keadaan darurat, siapa pun yang berada di dekatnya, sangat penting untuk mengenakan masker oksigen terlebih dahulu sebelum menolong orang lain. Kita tentu tidak akan berani mengatakan kepada seseorang yang mematuhi peraturan ini bahwa mereka benar-benar egois. Demikian pula, kita tidak bisa menuangkan air dari cangkir yang kosong. Fokus pada diri sendiri bukanlah sikap egois. Pada akhirnya, berfokus pada diri sendiri akan membantu kita dan orang lain di sekitar kita. Selain itu, egoisme yang mengarah kepada narsisme mungkin merupakan suatu hal yang buruk dan sia-sia, self-love justru sebaliknya. Self-love menggali diri sendiri lebih dalam, tidak hanya membayangkan pelangi dan kuda unicorn di sepanjang jalan. Seiring dengan mengenali nilai, kebutuhan, dan tujuan hidup kita, self-love dapat digunakan untuk membedakan kelemahan, tantangan, dan rintangan yang kita hadapi. Oleh sebab itu, self-love membutuhkan kerendahan hati, empati, dan kepedulian terhadap diri sendiri serta orang lain.
- Berbuat dosa. Dosa adalah tindakan yang tidak hanya tidak pantas, tetapi juga seringkali merugikan orang lain. Self-love tidak harus dilakukan dengan melakukan dosa. Self-love tidak dimaksudkan untuk menentang prinsip atau landasan moral. Self-love adalah perjalanan untuk mencintai diri sendiri agar dapat mendorong timbulnya rasa kepedulian dan kasih sayang kepada orang-orang di sekitar kita. Namun demikian, karena adanya konsep yang berbeda-beda mengenai apa yang sebenarnya dimaksud dengan self-love, seiring berjalannya waktu, seseorang dapat melihat self-love sebagai sesuatu yang bertentangan dengan nilai dan keyakinan mereka. Sama seperti setiap orang yang berbeda-beda, pemahaman mereka terhadap ajaran agama juga dapat berbeda-beda. Namun demikian, terlepas dari keyakinan atau kepercayaan kita, ada baiknya untuk mempertimbangkan kesamaan dalam berbagai agama di dunia. Pada umumnya, ajaran agama dikemas sedemikian rupa agar penganutnya menjadi orang yang bermoral, di antaranya melakukan kebajikan, saling memaafkan, dan mengembangkan diri, yang semuanya selaras dengan praktik self-love. Lebih khusus lagi, golden rule untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan adalah esensi dari self-love. Dari pepatah umum ini, kita seringkali langsung belajar untuk memperlakukan orang lain dengan baik, tetapi kita tidak boleh melupakan implikasinya, bahwa kita juga harus berbuat baik pada diri kita sendiri.
- Excuse. Self-love adalah proses aktif yang membangkitkan berbagai manfaat positif. Namun demikian, perjalanannya tidak selalu mudah. Komponen penting dalam mencintai diri sendiri adalah mengenali batasan, kebutuhan, dan value diri sendiri, serta menegaskan batasan intrapersonal dan interpersonal yang diperlukan. Meskipun proses yang mendorong self-love dapat mencakup World Mental Health Day yang diperingati setiap 10 Oktober, pijat refleksi, dan menikmati makanan favorit, ini bukanlah romantisasi terhadap segala hal yang tampak baik. Bahkan, memanjakan diri secara terus-menerus sebenarnya dapat membuat kita lalai, tentu bertentangan dengan tujuan self-love. Proses self-love secara utuh mencakup hal positif dan negatif dalam diri. Di luar manfaat positif yang dimiliki, self-love juga mencakup keputusan untuk mengenali growth area kita, menyesuaikan rencana masa depan yang mungkin sulit namun penting, dan memberanikan diri untuk mengambil risiko sesuai kebutuhan. Bagi sebagian orang awam, self-love dapat terlihat hanya sebagai excuse. Namun, sangat penting bagi kita untuk tidak menggunakan self-live sebagai alasan atau excuse untuk menghindari tanggung jawab, komitmen terhadap pekerjaan, dan situasi sulit secara umum. Sebaliknya, self-love yang sejati dapat diwujudkan dengan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab saat kita menempuh jalan yang sulit.
Proses self-love dimulai dengan hal sederhana, yaitu menghargai diri sendiri. Sangat penting untuk bersikap baik dan penuh perhatian terhadap diri sendiri. Namun, cinta diri lebih dari sekadar perasaan. Di luar kemampuan kita untuk menghargai diri sendiri, kita harus ingat bahwa self-love adalah suatu hal yang harus dipelajari dan dikembangkan secara aktif. Self-love memberi kita kesempatan untuk melihat diri kita sepenuhnya, serta untuk mengenali dan menghargai kekuatan dan kelemahan kita.Dengan penekanan pada diri sendiri, perjalanan menuju self-love pada akhirnya adalah perjalanan yang harus dilakukan secara mandiri. Meskipun sangat membantu untuk bergandengan tangan dengan orang lain yang sejalan, pada akhirnya, pengembangan diri sebagian besar bergantung pada usaha pribadi.
Proses mencintai diri sendiri adalah pengalaman yang subjektif. Hanya karena sebuah cara telah berhasil bagi banyak orang, bukan berarti cara tersebut akan berhasil bagi semua orang. Pahami keunikan diri kita saat kita menentukan definisi self-love bagi diri kita sendiri.
Penulis : Muhammad Iqbal Fakhrul Firdaus
Photo by Hassan OUAJBIR on Pexels