Pernahkah Anda merasa seperti seorang penipu di tengah kerumunan orang-orang sukses? Atau mungkin, pernahkah Anda merasa bahwa pencapaian Anda hanya didasarkan pada keberuntungan, bukan hasil kerja keras Anda?
Apa yang Anda alami mungkin merupakan ciri-ciri Impostor Syndrome. Sindrom ini sering diartikan sebagai kesulitan dalam menginternalisasi prestasi sehingga menyebabkan seseorang merasa seperti penipu. Namun, jika kelewatan batas, hal ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan dan bahkan kemajuan karir, loh. Sejumlah artikel telah menyatakan hubungannya dengan pengalaman kecemasan, depresi, dan harga diri rendah. Dan apabila tidak diatasi, hal ini dapat menghalangi Anda untuk melamar posisi yang lebih tinggi, menghindari peluang, mempersiapkan diri secara berlebihan, dan bekerja dengan jam kerja yang melewati batas kemampuan.
Lalu apa sebenarnya yang menjadi penyebab terjadinya Impostor Syndrome?
Impostor syndrome bisa muncul dalam dua kategori, yakni dari kekuatan eksternal atau internal.
Kekuatan eksternal merupakan faktor-faktor yang dapat muncul dalam lingkungan luar setiap orang. Teman atau kerabat bisa jadi pemicu impostor syndrome juga. Sebagai contoh, sesaat kita meraih suatu prestasi dan mendapatkan pengakuan dari teman-teman kita, dimana kita diberikan label “cerdas” atau “pintar” dari teman itu. Pemberian label bisa terlihat sebagai suatu bentuk ekspektasi dari orang lain, hingga kita dapat merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Apabila kita merasa tidak memiliki kemampuan untuk mencapai ekspektasi tersebut, maka rasa ragu, cemas, dan khawatir pun bisa muncul. Tidak hanya teman, namun hal ini juga bisa terjadi dalam lingkungan keluarga.
Kekuatan internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri individu, salah satunya yaitu persepsi kita terhadap kemampuan diri. Contohnya, saat kita mengerjakan suatu tugas dan menduga kemudahan dari tugas tersebut, maka kita dapat memicu persepsi bahwa apabila kita bisa melakukannya, orang lain pun pasti juga bisa sehingga kita tidak menganggap effort tersebut sebagai suatu kemampuan. Persepsi itu dapat membuat kita melihat pencapaian tersebut sebagai sesuatu hal yang wajar dan bisa dilakukan oleh semua orang. Selain itu, meliki keinginan yang berlebihan dalam pencapaian prestasi juga dapat menimbulkan rasa keinginan untuk menjadi lebih baik dari yang lain, terutama dalam bidang akademik.
Bagaimana cara mengatasinya?
Lalu, bagaimana kita bisa mengatasi Impostor Syndrome? Menurut dr. Aleo, kita bisa mengatasinya dengan 5Rs, yaitu:
- Recognize: Mengakui bahwa Anda mengalami Impostor Syndrome merupakan hal yang paling penting sebagai langkah pertama. Rekonsiliasi perasaan Anda dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang menjadi pemicu? Bagaimana pengaruhnya terhadap perasaan saya? Mengapa hal ini terjadi sekarang?
- Rational thinking: Kumpulkan bukti dari pencapaian Anda dan pahami alasan di balik, semisal, diundang menjadi panelis/pembicara utama atau ditawari posisi kepemimpinan.
- Reframe: Pahami makna dari suatu peluang bagi karier dan value Anda. Dalam hal posisi kepemimpinan, pahami apa yang menghalangi Anda untuk menjalankan peran tersebut. Bayangkan diri Anda dalam posisi itu dan bagaimana perasaan Anda terhadapnya.
- Ready: Setalah menyusun ulang pemikiran Anda, lepaskan perasaan negatif dan fokuslah pada pahalanya.
- Repeat: Sayangnya, Impostor Syndrome kemungkinan besar bisa terulang kembali, terutama saat Anda dihadapkan pada tantangan, jadi bersiaplah untuk mengulangi 5R kapan pun Anda membutuhkannya.
Apabila sindrom ini sudah terasa melewati batas, jangan ragu untuk mencari bantuan dari lingkungan sosial dan layanan profesional psikologi, ya!
Penulis : Ragil Resa Kinanti
Photo by Anna Shvets on Pexels