Jika dilihat dengan seksama di lingkungan sekitar kita, batas-batas terlihat sekedar berlaku sebagai pemisah antara dua bidang. Tembok yang memisahkan dua buah bangunan atau batas wilayah yang terpisahkan oleh sungai. Merefleksikan ke dalam diri kita, ternyata membangun batasan juga diperlukan dalam konteks manusia. Pada kehidupan sosial yang kompleks ini, terhubung dan membangun relasi dengan individu lain menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan. Namun, acapkali kita terjebak dalam lingkaran yang tidak berujung dimana kita terlalu banyak menyerap beban di luar tanggung jawab kita. Melelahkan bukan? Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
Pada artikel ini, kita akan menjelajahi bersama bagaimana batasan diri atau personal boundaries menjadi penting untuk memandu kita hidup lebih nyaman. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya batasan diri, kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat, mengelola stres dengan lebih baik, dan menjaga keseimbangan hidup yang positif.
Personal boundaries atau batasan diri mengajarkan kita mengenai suatu batasan dan aturan yang kita atur dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagaimana kita mampu untuk memberikan batasan seperti mengatakan tidak pada ajakan seseorang di luar batas kita namun di sisi lain kita juga mampu untuk membuka relasi dengan orang lain secara intim dan dekat. Individu mengatur batasan-batasan diri tersebut dengan mengatur keyakinan diri positif dan negatif sesuai dengan tujuan hidupnya. Lebih mudahnya, personal boundaries ini sebagai bentuk batasan untuk menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan preferensi dan nilai yang dianut.
Nash mengkategorikan tipe-tipe batasan diri atau personal boundaries yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini;
Tipe-Tipe Personal Boundaries
- Mental Boundaries : setiap individu mampu menyuarakan persepsi, penilaian dan pemikiran yang dipunyai. Memberikan tindakan yang tegas pada nilai-nilai yang tidak sesuai dengan dirinya. Maka dari itu, kita diperbolehkan untuk mengatakan kata “tidak” jika tidak sesuai dengan preferensi kita.
- Time Boundaries : Memberikan batasan-batasan waktu yang akan dihabiskan bersama dengan seseorang untuk melakukan sesuatu. Kamu dapat mengutarakan rentang waktu yang ingin dihabiskan bersama dan meminta izin untuk menghadiri kegiatan yang lebih mendesak. Waktu memang sesuatu yang berharga jadi manfaatkan sebaik-baiknya.
- Emotional Boundaries : Menjelaskan bagaimana kondisi dan perasaanmu saat ini dengan orang lain. Kamu bisa menceritakan perasaanmu hari ini seperti perasaanmu saat menghadapi peristiwa tidak menyenangkan. Dengan begitu, orang lain mengetahui bagaimana kondisimu saat itu dan begitu pula sebaliknya. Kita tidak bisa meminta orang lain menebak perasaan kita saat ini, maka kita bisa lebih terbuka untuk saling mengerti.
- Material Boundaries : Batasan ini merujuk pada keputusanmu untuk merelakan barang untuk diberikan atau dipinjamkan kepada orang lain. Perilaku tersebut membuat kita juga lebih menghargai dan menjaga barang yang kita punyai.
- Internal Boundaries : Selain memberikan batasan kepada orang lain, kamu juga perlu untuk mengatur batasan pada kegiatan sehari-hari dalam melakukan berbagai aktivitas-aktivitas yang mencakup kegiatan bersama dengan orang lain. Lakukan penjadwalan pada diri sehingga kita mampu melihat kemampuan diri dalam melakukan kegiatan.
- Conversational Boundaries : Maraknya informasi-informasi dan akses sosial media yang luas mengharuskan kita untuk bersikap memilah-milah topic manakah yang perlu kamu akses. Selain itu, kamu juga perlu memberitahukan kepada orang lain mengenai topic-topik sensitif yang ingin kamu hindari dan topic-topik apa saja yang kamu sukai.
- Physical Boundaries : Batasan fisik yang mencakup wilayah-wilayah yang dinilai lebih privasi. Kita perlu untuk memiliki kontrol atas tubuh kita seperti memperbolehkan atau menolak jika orang lain ingin memegang tanganmu. Tidak semua orang nyaman untuk disentuh.
Pentingnya Personal Boundaries
Menerapkan batasan pada diri ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis. Pentingnya batasan diri ini pun perlu diterapkan pada setting klinis. Apabila tidak menerapkan batasan ini maka berdampak pada suatu hal yang buruk dan bisa saja berujung adanya pelanggaran secara kode etik. Selain itu, pun berlaku bagi karyawan, mereka juga perlu untuk menerapkan batasan antara kehidupan personal dengan kehidupan pada pekerjaan. Batas kehidupan personal dan pekerjaan yang kabur mengakibatkan perilaku gaya hidup sehat dan kebahagiaan yang menurun.
Tawwab dalam bukunya “Set Boundaries Find Peace”, menjelaskan dengan menetapkan suatu batasan diri dalam aspek manapun seperti hubungan dengan orang lain, kita juga mampu menemukan hubungan manakah yang sehat. Namun kita perlu mengingat bukan berarti dalam membangun batasan, kita secara sepihak memotong hubungan dengan orang lain tanpa membicarakan terlebih dahulu atau popular disebut dengan ghosting. Perlu diketahui batasan diri ini dibentuk sebagai kebutuhan dan prioritas diri sebagai salah satu cara untuk merawat diri atau self-care.
Membentuk batasan diri secara personal memerlukan tingkat kesadaran mengenai kenyamanan diri sendiri dengan orang lain. Kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara asertif pun juga diperlukan dengan menyampaikan apa yang menjadi preferensi kita kepada orang lain secara asertif guna membentuk batasan diri yang sehat.
Penulis : Setiana Tyas Habsari, S.Psi.
Editor : Relung Fajar Sukmawati
Photo by Karolina Grabowska on Pexels