Bukan hanya soal penuaan, faktor lain juga berpengaruh pada risiko penyakit demensia. Bertambahnya usia seiring berjalannya waktu tidak bisa kita hindari, namun mencegah penyakit ini bisa dilakukan melalui penerapan pola hidup yang sehat dan melatih otak melalui games-games yang menyenangkan.
Demensia kini menjadi salah satu masalah kesehatan global yang diakui oleh WHO seiring dengan peningkatan kasus hampir 10 juta jiwa setiap tahunnya. Penyakit ini dapat mempengaruhi dalam kemampuan berpikir, mengingat dan melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini dapat sangat mempengaruhi kehidupan penderita dan juga keluarganya. Masyarakat sering menganggap demensia hanya diderita oleh para lansia saja. Namun, meskipun risiko terbesar penyebab penyakit ini adalah penuaan, orang yang lebih muda pun dapat menderita penyakit ini lebih cepat akibat adanya faktor risiko lain.
Melihat trend perkembangan kasus yang terus meningkat, pengetahuan masyarakat mengenai cara mengenali dan mencegah penyakit ini sangatlah dibutuhkan. Gejala awal demensia sering kali dimulai dengan kepikunan seperti melupakan suatu hal atau peristiwa yang sudah terjadi, sering lupa dan tak ingat kembali tempat meletakkan barang dan melakukan sesuatu, bahkan menjadi kebingungan walaupun sedang berada di area yang sudah familiar. Kepikunan ini juga diikuti oleh kesulitan mengerjakan pekerjaan rutin yang biasa mereka lakukan sendiri. Ini dapat menyebabkan timbulnya perasaan cemas, sedih, dan amarah akibat efek dari kondisi kelupaan yang dialami. Beberapa penderita demensia juga menjadi menarik diri dari aktivitas sosial mereka.
Upaya Mencegah Demensia
Penuaan menjadi faktor risiko terbesar penyebab timbulnya penyakit demensia. Namun tidak hanya itu, pola hidup juga berpengaruh pada risiko penyakit demensia. Menurut penelitian longitudinal di Cina menunjukkan bahwa pola hidup yang sehat menurunkan risiko penurunan kemampuan mengingat. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa pola hidup sehat dapat membantu memperlambat penurunan daya ingat seseorang meskipun secara genetik rentan terkena penyakit kepikunan ini.
Pola hidup yang diterapkan tersebut antara lain mengatur pola makan yang sehat, membiasakan latihan fisik secara teratur, aktif melakukan kontak sosial, melakukan aktivitas kognitif, tidak merokok dan mengonsumsi alkohol. Seperti yang telah diketahui, pola hidup yang sehat berkaitan dengan segala jenis pencegahan penyakit, termasuk pencegahan penyakit kardiovaskuler (hipertensi, stroke) dan diabetes. Kedua penyakit ini juga dapat meningkatkan risiko penderita mengalami demensia yang diakibatkan oleh adanya kerusakan pembuluh darah yang terjadi pada otak.
Selain itu, aktivitas sosial juga dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dengan melakukan komunikasi dengan orang lain. Membangun komunikasi yang positif dengan orang lain membantu kita mengekspresikan perasaan dan juga melatih kemampuan berbicara secara efektif untuk mengemukakan keinginan dan menyampaikan sesuatu hal agar orang lain paham dengan keinginan kita. Semakin bertambahnya usia, lansia ingin didengarkan namun terkadang perbedaan usia membuat mereka kesulitan untuk membangun percakapan dan menyalurkan ide kepada orang lain. Sedangkan rekan-rekan di usia mereka sudah tidak banyak lagi, lingkungan sosial yang mendukung hanyalah keluarga mereka yaitu anak dan cucu-cucu mereka. Mengajak orangtua menceritakan kenangan-kenangan mereka di saat masih muda akan membantu mereka memanggil kembali ingatan-ingatan episodik mereka.
Bermain Mobile Games Meningkatkan Kinerja Otak
Selain menerapkan pola hidup yang sehat seperti yang dijelaskan di atas, terdapat satu cara menarik yang dapat mengurangi risiko penyakit demensia yaitu bermain mobile games. Bermain games ternyata tidak hanya sekedar membuat seseorang merasa terhibur, namun ternyata beberapa games bisa mengasah otak dan mengurangi risiko penyakit neurocognitive. Hasil penelitian menemukan bahwa lansia yang dilatih dengan cognitive mobile games dapat meningkatkan kemampuan kognisi seperti mengingat dan pemrosesan informasi. Peningkatan kemampuan ini dibuktikan tanpa memandang usia individu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lansia bahkan semakin tua mereka tetap dapat meningkatkan kinerja kognitif melalui aktivitas bermain mobile games. Dalam penelitian ini, terdapat 7 cognitive mobile games yang diujikan yaitu Square Numbers, Memory Sweep, Word Pair, Babble Bots, Must Sort, Unique, dan Rush Back.
Studi ini menunjukkan adanya perubahan secara neuropsikologis dan fisiologis bahwa pelatihan otak secara rutin melalui bermain games dapat meningkatkan kecepatan pemrosesan kognitif. Salah satunya permainan Square Numbers dengan penugasan untuk mencocokkan angka yang ditargetkan dengan melakukan operasi penambahan dua blok angka atau lebih. Kemampuan aritmatika dan penalaran kuantitatif dapat terasah sekaligus meningkatkan kemampuan working memory atau memori kerja. Permainan lain menunjukkan kemampuan menjaga fokus, pengenalan visual dan juga memori kerja melalui games Rush Back. Permainan ini meminta penggunanya untuk mengingat bentuk kemudian menentukan apakah bentuk berikutnya cocok dengan yang dihafalkan.
Peningkatan kemampuan kognitif ini berkaitan dengan neuroplasticity atau kemampuan plastisitas otak. Otak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dan berkembang untuk memodifikasi struktur dan fungsinya terutama dalam proses belajar dan rehabilitasi kognisi. Penemuan mengenai plastisitas otak ini membawa hawa segar bagi proses rehabilitasi segala permasalahan kemampuan yang berhubungan dengan otak manusia. Kita tidak perlu khawatir bahwa proses penuaan akan membawa kita ke dalam fase ketidakmampuan. Namun masih ada kesempatan untuk mengaktivasi serta memperbaiki kemampuan ingatan dan juga kemampuan kognisi kita yang lain. Melalui cognitive training atau pelatihan asah otak dengan media mobile games ini, orang dengan usia lanjut dapat melakukan aktivitas kognisi yang seru dan menyenangkan serta tanpa sadar mereka dapat mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif seperti demensia.
Penulis : Moniek Vidia Pramestri
Photo by JESHOOTS.com on Pexels