• Tentang UGM
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • LPPM UGM
Universitas Gadjah Mada UNIVERSITAS GADJAH MADA
KANAL PENGETAHUAN PSIKOLOGI
  • Beranda
  • Artikel Psikologi
  • 3 Minute Thesis
  • Podcast
  • Tokoh Psikologi
  • Beranda
  • Artikel Psikologi
  • Standar Cantik di Dunia Digital: Apakah Instagram Mengubah Cara Wanita Melihat Dirinya Sendiri?

Standar Cantik di Dunia Digital: Apakah Instagram Mengubah Cara Wanita Melihat Dirinya Sendiri?

  • Artikel Psikologi
  • 10 November 2025, 13.23
  • Oleh: kanal.psikologi
  • 0

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial tertinggi di dunia, berada dalam pusaran arus informasi visual yang sangat deras. Kemudahan mengakses platform berbasis foto seperti Instagram telah mengubah cara kita bersosialisasi dan secara tidak terhindarkan, cara kita memandang diri sendiri. Sayangnya, hal ini sering kali memperburuk citra tubuh pengguna, karena unggahan di Instagram sering merefleksikan standar ideal yang sulit dijangkau. 

Isu ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction) merupakan masalah global, terutama di kalangan wanita dewasa muda di berbagai budaya, termasuk Asia. Ketidakpuasan ini didefinisikan sebagai perasaan dan pikiran negatif seseorang tentang fisiknya. Di Indonesia sendiri, wanita menghadapi konflik budaya karena mendambakan fitur wajah dan bentuk tubuh yang dipengaruhi oleh standar Barat dan lokal, seperti hidung mancung dan pipi tirus.

Artikel ini akan mengulas secara singkat hasil penelitian yang dilakukan oleh Bernadea Linawati dan Avin Fadilla Helmi tentang bagaimana peran sikap sosiokultural (sociocultural attitudes) menjadi mediator antara aktivitas foto Instagram dan ketidakpuasan tubuh pada wanita dewasa muda di Indonesia.

Ketidakpuasan Tubuh dan Media Sosial

Ketidakpuasan tubuh biasanya mulai muncul pada masa remaja dan terus berkembang hingga dewasa muda (emerging adulthood), yaitu usia sekitar 18 hingga 24 tahun. Pada usia ini, wanita cenderung menginginkan tubuh yang kurus dan lebih mementingkan penampilan.

Aktivitas foto Instagram memiliki hubungan positif dengan meningkatnya ketidakpuasan tubuh penggunanya. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kecenderungan pengguna untuk membandingkan penampilan mereka dengan orang lain, terutama karena banyak unggahan yang sudah diedit untuk menampilkan versi diri yang diidealkan. Media sosial, termasuk Instagram, kini berfungsi sebagai salah satu saluran utama yang memengaruhi citra tubuh seseorang, selain orang tua dan teman sebaya.

Lalu, mengapa sebagian individu lebih rentan terhadap efek negatif ini sementara yang lain tidak? Jawabannya terletak pada sikap sosiokultural. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Yuk, simak uraian berikut ini.

Sikap Sosiokultural: Pintu Masuk Pengaruh Media

Model sosiokultural menjelaskan bahwa terdapat standar ideal kecantikan di masyarakat yang disebarkan melalui berbagai agen sosial (termasuk media) dan kemudian diinternalisasi oleh individu. Kepuasan atau ketidakpuasan terhadap penampilan kemudian menjadi hasil evaluasi pribadi. 

Penelitian ini bertujuan menggarisbawahi dua faktor utama dari sikap sosiokultural yang berperan sebagai mediator, yaitu:

  1. Internalisasi Standar Kecantikan (Internalization): Sejauh mana individu menerima dan terpengaruh oleh standar kecantikan ideal tersebut.
  2. Tekanan Sosial (Social Pressure): Sejauh mana lingkungan menekan individu untuk mencapai standar ideal tersebut.

Dalam lingkungan kolektivis seperti masyarakat Asia Timur, orang cenderung lebih mudah menginternalisasi standar ideal dan merasa tertekan untuk memenuhinya. Tekanan ini datang dari berbagai aspek, termasuk keluarga, teman sebaya, pasangan (significant others), dan media itu sendiri.

Bagaimana penelitian ini membuktikannya? Jangan berhenti sampai sini, ya, bacanya. Yuk, kita lanjut ke poin berikutnya!

Bagaimana Penelitian Ini Dilakukan?

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode survei sebagai pengumpulan data. Jumlah partisipan yang terlibat sebanyak 311 wanita pengguna Instagram, berusia antara 18 hingga 24 tahun.

Partisipan dalam penelitian ini dipilih secara online dari individu yang bersedia dan mudah dijangkau untuk mengisi kuesioner. Instrumen yang digunakan adalah skala Aktivitas Foto Instagram, Skala Ketidakpuasan Tubuh Wanita (BDS-W), dan Skala Sikap Sosiokultural Terhadap Penampilan (SATAQ-4R) yang mengukur internalisasi dan tekanan sosial. Data penelitian dianalisis menggunakan regresi dengan model mediasi sederhana.

Apa Saja yang Memengaruhi Ketidakpuasan Tubuh?

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa:

  • Sikap sosiokultural memiliki peran penghubung yang signifikan dalam hubungan antara aktivitas foto di Instagram dan ketidakpuasan tubuh pada wanita dewasa muda.
  • Peran mediasi ini bersifat penuh (full mediation), yang berarti bahwa aktivitas foto Instagram tidak lagi dapat memprediksi ketidakpuasan tubuh secara langsung ketika sikap sosiokultural dimasukkan dalam perhitungan. Dengan kata lain, sikap sosiokultural adalah jembatan utama yang menjelaskan hubungan ini.
  • Hubungan ini bersifat positif: semakin tinggi aktivitas foto di Instagram, maka semakin tinggi ketidakpuasan tubuh akibat meningkatnya sikap sosiokultural (internalisasi dan tekanan) yang dirasakan pengguna.

Internalization vs. Social Pressure

Ketika kedua dimensi sikap sosiokultural diuji secara terpisah, ditemukan hasil yang menarik:

  • Internalization bertindak sebagai mediasi parsial. Artinya, internalisasi menyumbang 48.9% dari total efek, tetapi aktivitas foto Instagram itu sendiri masih dapat secara langsung memprediksi ketidakpuasan tubuh.
  • Tekanan Sosial (Social Pressure) bertindak sebagai mediasi penuh (full mediation) dan memiliki peran yang lebih besar, menyumbang 95.91% dari total efek.

Hasil ini menegaskan bahwa wanita dewasa muda Indonesia sangat dipengaruhi oleh tekanan dari lingkungan sosial (teman sebaya, keluarga, media) untuk mencapai standar kecantikan tertentu, dan tekanan inilah yang secara kuat menjelaskan mengapa aktivitas scrolling di Instagram dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.

Kelemahan Penelitian

Meskipun penelitian ini memberikan perspektif penting mengenai peran sikap sosiokultural dalam konteks Indonesia, terdapat beberapa kelemahan, di antaranya:

  • Penelitian ini berfokus pada wanita dewasa muda (18-24 tahun), sehingga perlu berhati-hati saat ingin mengaplikasikan hasilnya pada kelompok usia lain (misalnya remaja), yang mungkin memiliki dinamika yang berbeda.
  • Penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk mengambil objek dari konteks budaya yang berbeda, karena temuan ini spesifik pada lingkungan kolektivis seperti Indonesia.
  • Penelitian di masa depan juga dapat mempertimbangkan untuk mengintegrasikan model yang lebih komprehensif, seperti menambahkan variabel perbandingan penampilan (appearance comparison), yang sering menyertai internalisasi, untuk memahami dinamika ini lebih dalam.

Penulis : Regizki Maulia

A Photo by Alex Green at Pexels.com

Tags: artikelpsikologi bodydissatisfaction kesehatanmental psikologi psikologiugm SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora Bulaksumur
Yogyakarta 55281 Indonesia
fpsi[at]ugm.ac.id
+62 (274) 550435 ext 158
+62 (274) 550435

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY