
Pernahkah di antara kita ada yang terkadang merasa lebih mudah lelah tak cuma secara fisik tapi juga mental? Nah, ini sebenarnya ada kaitannya dengan bagaimana kita mengefisienkan energi/ cognitive resources yang kita punya dalam menjalankan peran kita dalam kehidupan sehari-hari. Efisiensi cognitive resource mengacu pada cara kita mengelola dan mengoptimalkan resource kita untuk mencapai tujuan hidup dengan lebih efektif.
“Banyak orang sering merasa kelelahan mental meski tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Padahal, mereka mungkin hanya duduk di depan komputer, menghadiri rapat virtual, atau sekadar scrolling media sosial. Kelelahan ini muncul karena otak terus-menerus bekerja, mulai dari memproses informasi, mengambil keputusan, hingga menghadapi tekanan emosional. Tanpa disadari, energi psikologis yang terbatas terkuras oleh hal-hal seperti overthinking, multitasking, atau tuntutan pekerjaan yang tinggi.”
Fenomena ini sejalan dengan temuan Asia Care Survey 2024 oleh Manulife, yang mengungkap bahwa 56% dari lebih 1.000 responden menganggap stres dan burnout sebagai gangguan kesehatan mental yang paling dikhawatirkan. Angka ini menunjukkan betapa banyak orang merasa kelelahan mental akibat tuntutan hidup modern, seperti pekerjaan, hubungan sosial, atau tekanan dari media sosial. Kelelahan ini cenderung muncul saat Anda fokus pada tugas yang sulit secara mental untuk sementara waktu.
Bicara mengenai energi yang bisa disebut sebagai sumber daya kognitif (cognitive resources) dalam psikologi modern mengacu pada kapasitas mental yang tersedia bagi individu untuk memproses informasi, mengelola emosi, dan mengontrol perilaku. Berdasarkan Cognitive Resource Theory menjelaskan bahwa kemampuan seseorang dalam berpikir, mengambil keputusan, serta mengatur emosi dan motivasi dipengaruhi oleh jumlah dan alokasi sumber daya kognitif yang dimilikinya. Kapasitas ini tidak bersifat tetap, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor internal seperti stres, kelelahan, dan pengalaman belajar, serta faktor eksternal seperti tuntutan lingkungan dan kompleksitas tugas. Dalam teori ini, cognitive resources dianggap sebagai aspek yang terbatas dan perlu dikelola secara efisien untuk mencapai performa optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, kondisi stres yang tinggi dapat mengurangi kapasitas kognitif yang tersedia untuk tugas-tugas kompleks, sementara strategi regulasi diri yang efektif dapat membantu individu mengalokasikan sumber daya kognitifnya secara lebih adaptif. Oleh karena itu, pemahaman mengenai bagaimana individu menggunakan dan mengelola sumber daya kognitifnya sangat penting dalam konteks pembelajaran, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan psikologis. Konsep tersebut berkaitan dengan bagaimana kita memprioritaskan tugas-tugas penting, menghindari kebiasaan yang menguras cognitive resource (seperti overthinking atau multitasking), serta menciptakan kebiasaan yang memulihkan energi, seperti istirahat yang cukup, meditasi, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan. Seperti halnya ponsel yang membutuhkan istirahat dan pengisian daya, kondisi mental kita juga memerlukan waktu untuk beristirahat dan memulihkan energi. Dengan memahami dan menerapkan prinsip efisiensi dalam cognitive resources, kita dapat mengurangi stres, meningkatkan produktivitas, dan mencapai keseimbangan hidup yang lebih baik. Artikel ini akan membahas tips praktis untuk mengefisienkan penggunaan cognitive resources yang kita miliki secara bijak.
Terlepas dari pentingnya menjaga cognitive resources yang kita miliki, tentu ada baiknya mengetahui hal-hal apa saja yang membuat cognitive resources terkuras karena kebiasaan atau situasi yang kadang tidak disadari seperti:
- Overthinking, di mana kita banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan.
- Multitasking, juga menjadi penyebab utama, karena otak dipaksa untuk terus beralih fokus, yang justru membuatnya akan lebih cepat lelah.
- Toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat juga dapat memengaruhi cognitive resources dan kondisi psikologis seseorang terutama jika hubungan tersebut dipenuhi konflik dan ketidaknyamanan.
- Kurangnya waktu istirahat khususnya tidur yang tidak berkualitas dapat memperburuk kondisi ini, karena tubuh dan pikiran tidak punya kesempatan untuk memulihkan diri.
- Procrastination (perilaku menunda-nunda) atau sering menggunakan sosial media. Penggunaan sosial media yang berlebihan berkontribusi pada pemborosan dalam penggunaan cognitive resources.
Terkurasnya cognitive resources dalam hal ini energi mental dapat menyebabkan terjadinya mental fatigue, suatu kondisi yang sering digunakan dalam konteks neurosains dan psikologi untuk menggambarkan penurunan kapasitas mental. Hal ini umumnya terjadi akibat aktivitas yang terus-menerus menguras energi mental tanpa disertai waktu pemulihan yang cukup. Beberapa tanda umum yang menunjukkan seseorang mengalami kelelahan mental antara lain:
- Perasaan cemas atau stres yang berlebihan. Merasa khawatir atau tertekan, bahkan untuk masalah sepele sekalipun.
- Sulit tidur. Tidak bisa tidur atau tidur tidak nyenyak, sering terjaga di malam hari, atau terbangun namun merasa belum cukup tidur.
- Mudah marah atau frustrasi. Merasa lebih cepat tersinggung atau frustrasi terhadap situasi atau orang lain.
- Kehilangan fokus. Kesulitan dalam memusatkan perhatian pada tugas, merasa mudah teralihkan, atau mengalami gangguan dalam berpikir.
- Kelelahan fisik. Meskipun tubuh tidak merasa lelah secara fisik, seseorang bisa merasa lelah secara emosional atau mental tanpa alasan yang jelas.
- Kehilangan motivasi. Merasa tidak tertarik atau kehilangan semangat untuk melakukan kegiatan yang biasanya menyenangkan atau penting.
- Perasaan terisolasi atau tidak terhubung. Merasa terpisah dari orang lain, kesulitan dalam berinteraksi sosial atau merasa kesepian meskipun dikelilingi orang.
- Penurunan kualitas kerja. Menjadi kurang produktif atau membuat banyak kesalahan dalam pekerjaan atau tugas sehari-hari.
Lantas, setelah mengetahui faktor penyebab terkurasnya energi mental dan dampaknya. Apa yang bisa dilakukan untuk dapat meningkatkan efisiensi cognitive resources kita?
-
- Memprioritaskan tugas. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting dan menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak mendesak agar energi mental tak terbuang sia-sia.
- Istirahat yang cukup. Memastikan bahwa fisik dan psikis kita sudah beristirahat dengan baik dan cukup sebagai recharging dalam memulihkan energi mental.
- Latihan Teknik Relaksasi. Teknik ini bisa juga membantu mengurangi stres, meningkatkan fokus, sehingga energi mental lebih terjaga. Bisa dengan berlatih mindful untuk setiap tugas ataupun kerjaan yang sedang kita lakukan.
- Batasi penggunaan sosial media. Untuk mengurangi distraksi pada pekerjaan yang membutuhkan fokus tinggi, hindari berinteraksi dengan media sosial ketika waktu produktif sedang berlangsung, karena hal tersebut memicu otak untuk beralih fokus ke notifikasi sosial media.
- Kebiasaan positif. Bangunlah kebiasaan positif seperti olahraga, membaca, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang yang memberikan energi positif.
Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa langsung Anda terapkan untuk meningkatkan efisiensi energi psikologis:
- Buat to-do list harian untuk menghindari multitasking dan fokus pada prioritas.
- Luangkan waktu 10 menit sehari untuk meditasi atau mindfulness guna mengurangi stres, perasaan overwhelm, dan meningkatkan fokus.
- Batasi waktu penggunaan media sosial maksimal 1 jam sehari agar tidak terjebak dalam distraksi yang menguras energi mental.
- Perbaiki pola makan. Pola makan yang tidak seimbang dapat memengaruhi kondisi mental kita. Misalnya dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur, dan meminimalisir konsumsi gula, lemak, dan tepung.
- Mulai berolahraga. Membiasakan tubuh dengan exercise ringan yang bisa dilakukan mandiri di rumah.
Dengan langkah-langkah kecil ini, Anda bisa mulai mengelola cognitive resources dengan lebih baik dan mulai merasakan perbedaannya, untuk hidup yang lebih seimbang, produktif, dan bahagia. Mulailah dari langkah kecil hari ini, karena setiap perubahan positif akan membawa dampak besar bagi kualitas hidup Anda.
Penulis: Aulia Aniz Syabily